2016

MOTIVATION

True motivation was created for you to reaching your dream, your love, to conquer your fear, your weakness and to bring a new perception that we can upside down the worlds by our new spirit - our new purpose of life.

Adsense

Monday, June 6, 2016

Eric Liddell - Chariots of Fire


Chariots of Fire adalah kisah nyata tentang iman, keberanian dan pengorbanan diri dari seorang pelari Skotlandia yang saleh, Eric Liddell yang berlomba untuk kemuliaan Tuhan. Skenarionya ditulis oleh  Colin Welland disutradarai oleh Hugh Hudson. Tahun 1981 filmnya mendapat 7 nominasi Academy Awards dan akhirnya meraih empat Oscar termasuk film terbaik. Berbujet rendah dan tidak diunggulkan, film ini (seperti kisah nyata Eric Liddell) mengalahkan The Reds yang dibintangi aktor terkenal Warren Beatty. Chariots of Fire adalah film tentang olah raga kedua yang meraih Oscar setelah Rocky.  Setting dari film ini adalah pada peristiwa sebelum Olimpiade dan puncaknya Olimpiade tahun 1924 di Paris. 
Tuhan memberikan kepada setiap orang talenta untuk digunakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya di muka bumi ini. Salah satunya adalah untuk menjalankan mandat budaya dari Allah. Seseorang yang memiliki fisik yang baik, kuat dan cepat, kemungkinan mempunyai bakat alami untuk menjadi seorang atlit. Namun banyak atlit Kristen yang tidak tahu bagaimana menjalani mandat budaya sebagai seorang atlit yang harus memancarkan terang Kristus di dunia ini. Maka Tuhan menciptakan Eric Liddell sebagai role model yang luar biasa untuk dapat kita teladani.
Eric Liddell, lahir di Tianjin, China pada 16 Januari 1902. Ayahnya adalah seorang misionaris dari London Missionary Society bernama James Dunlop Liddell.
Tetangganya pernah mengatakan bahwa Liddell tidak akan bisa berlari lagi, pada waktu Liddell mengalami serangan demam tinggi. Namun perkataan tetangganya itu ternyata keliru. Liddell kemudian sembuh dan dapat mengikuti program atletik di universitasnya. Eric memang berbakat dalam berlari. Ia menjadi seorang pelari yang menang dalam lari Nasional pada cabang 100 meter. Dengan kemampuannya berlari tersebut, Eric melenggang ke Olimpiade pada tahun 1924.
Pada Olimpiade tersebut, Eric mengikuti cabang lari 100 meter dan 200 meter, cabang lari yang biasa diikutinya. Namun karena pertandingan lari 100 meter dilakukan pada hari Minggu, hari Sabat bagi orang Kristen, Eric memutuskan untuk menolaknya. Dia tidak mau mengkompromikan ibadah Minggunya untuk berlari. Hal ini menyebabkan Eric dicap sebagai orang yang berpandangan sempit dan tidak loyal. Sebagai gantinya, para pengurus cabang atletik menawarkan Eric untuk mengikuti cabang lari 400 meter, cabang yang belum pernah diikutinya dalam kompetisi internasional selama ini.
Namun, Allah benar-benar menyertai Eric. Tanpa diduga-duga, Eric memenangkan mendali emas untuk cabang lari 400 meter tersebut dan bahkan mencatatkan dirinya sebagai pemecah rekor dunia lari tercepat pada cabang lari 400 meter tersebut.
Tahun berikutnya, Eric meninggalkan Skotlandia untuk menjadi seorang misionaris di China. Ia kemudian dipenjarakan oleh Jepang dan meninggal di kamp penjara Weihsien, 21 Februari 1945 karena tumor otak. Selama 20 tahun pelayanannya tersebut dia masih berlari, memenangkan pertandingan tahun 1928 melawan tim olimpiade dari Perancis dan Jepang. Dan kemudian memenangkan pertandingan pada kejuaraan China Utara pada tahun 1930. Liddell malah melatih anak-anak Tionghoa di sekolah tempat Liddell mengajar di China.
Eric Liddell merupakan seorang Kristen yang taat, dan memberikan teladan yang luar biasa kepada kita tentang bagaimana kita hidup mempertahankan iman kita dalam pekerjaan dan sumbangsih kita bagi dunia. Karena teladan imannya yang begitu menginspirasi, kisah Eric Liddell kemudian difilmkan dengan judul Chariot of Fire.
"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." 2 Timotius 4:7
Barang Siapa yang meninggikan Aku dihadapan manusia maka aku akan meninggikannya dihadapan Bapaku yang disorga -

Semoga apa yang saya tuliskan disini bermanfaat bagi kita semua yang mencoba mencari motivasi diri dan memuliakan Tuhan.

Tuhan memberkati
,

Tuesday, February 16, 2016

Motivasi - Nilai Diri


Kisah Guru, Murid dan Uang 100 Ribu

Seorang guru mengangkat uang 100rb rupiah di depan murid2 nya
Lalu ia bertanya "siapa yg mau uang ini?"
Semua murid mengangkat tangan mereka, tanda menginginkan utk mau..

Kemudian guru itu meremas uang 100rb itu dg tangannya dan kembali bertanya "sekarang siapa yang mau uang ini?"
Kembali semua murid mengangkat tangan mereka.

Selanjutnya ia melemparkan uang itu ke lantai dan menginjak2nya dengan sepatunya sampai uang itu jadi kotor. Setelah betul2 kotor oleh debu ia berkata "sekarang siapa yang mau uang ini?"
Tetap saja seluruh murid mengacungkan tangan mereka.

Saat itulah sang guru memasukkan pelajarannya
"Inilah pelajaran kalian hari ini, betapapun kalian berusaha mengubah bentuk uang ini tidak akan berpengaruh kepada nilainya.

Bagaimanapun kalian di hinakan, diremehkan, direndahkan, dilecehkan, dinistakan ataupun bahkan di fitnah, kalian harus tetap yakin bahwa nilai hakiki kalian tidak akan pernah tersentuh. Ketika itu kalian akan tetap berdiri kokoh setelah terjatuh. Kalian akan memaksa seluruh orang untuk mengakui harga diri kalian.

Bila kalian kehilangan kepercayaan terhadap diri kalian sendiri dan nilainya, saat itulah kalian kehilangan segala-galanya.."
Silahkan direnungkan masing2 pesan dari cerita di atas..

Semoga bisa bermanfaat...
,

Motivasi - Bagaimana cara mengelola Kehidupan


Seorang guru besar di depan audiens nya memulai materi kuliah dengan menaruh topless yg bening & besar di atas meja.
Lalu sang guru mengisinya dengan bola tenis hingga tidak muat lagi. Beliau bertanya: "Sudah penuh?"
Audiens menjawab: "Sdh penuh".
Lalu sang guru mengeluarkan kelereng dari kotaknya & memasukkan nya ke dlm topless tadi. Kelereng mengisi sela2 bola tenis hingga tdk muat lagi. Beliau bertanya: "Sdh penuh?"
Audiens mjwb: "Sdh penuh".
Setelah itu sang guru mengeluarkan pasir pantai & memasukkan nya ke dlm topless yg sama. Pasir pun mengisi sela2 bola & kelereng hingga tdk bisa muat lagi. Semua sepakat kalau topless sdh penuh & tdk ada yg bisa dimasukkan lg ke dalamnya.
Tetapi terakhir sang guru menuangkan secangkir air kopi ke dalam toples yg sdh penuh dgn bola, kelereng & pasir itu.

Sang Guru kemudian menjelaskan bahwa:
"Hidup kita kapasitasnya terbatas spt topless. Masing2 dari kita berbeda ukuran toplesnya:
- Bola tenis adalah hal2 besar dlm hidup kita, yakni tanggung-jawab thdp Tuhan, orang tua, istri/suami, anak2, serta makan, tempat tinggal & kesehatan.
- Kelereng adalah hal2 yg penting, spt pekerjaan, kendaraan, sekolah anak, gelar sarjana, dll.
- Pasir adalah yg lain2 dlm hidup kita, seperti olah raga, nyanyi, rekreasi, Facebook, BBM, WA, nonton film, model baju, model kendaraan dll.
- Jika kita isi hidup kita dgn mendahulukan pasir hingga penuh, maka kelereng & bola tennis tdk akan bisa masuk. Berarti, hidup kita hanya berisikan hal2 kecil. Hidup kita habis dgn rekreasi dan hobby, sementara Tuhan dan keluarga terabaikan.
- Jika kita isi dgn mendahulukan bola tenis, lalu kelereng dst seperti tadi, maka hidup kita akan lengkap, berisikan mulai dr hal2 yg besar dan penting hingga hal2 yg menjadi pelengkap.
Karenanya, kita harus mampu mengelola hidup secara cerdas & bijak. Tahu menempatkan mana yg prioritas dan mana yg menjadi pelengkap.

Jika tidak, maka hidup bukan saja tdk lengkap, bahkan bisa tidak berarti sama sekali".
Lalu sang guru bertanya: "Adakah di antara kalian yg mau bertanya?"
Semua audiens terdiam, karena sangat mengerti apa inti pesan dlm pelajaran tadi.
Namun, tiba2 seseorang nyeletuk bertanya: "Apa arti secangkir air kopi yg dituangkan tadi .....?"
Sang guru besar menjawab sbg penutup: "Sepenuh dan sesibuk apa pun hidup kita, jgn lupa masih bisa disempurnakan dgn bersilaturahim sambil "minum kopi" ..... dgn tetangga, teman, sahabat yg hebat. Jgn lupa sahabat lama.

Saling bertegur sapa, saling senyum bila berpapasan ..... betapa indahnya hidup ini !
,